Sabtu, 07 Juli 2012

Kisah Hawa Nafsu Yang Menyesatkan: " Cinta Seharga Rp100 Juta " Mengkomersilkan cinta memang tak dilarang undang-undang. Karena itulah, meski perutnya sudah menggelembung, Ranti, 22, ikhlas saja tak jadi dinikahi Mukadi, 40, gendakannya selama ini. Cuma, untuk sekedar ganti rugi dia minta duda kesepian itu memberi ganti rugi Rp 100 juta tunai. Kan sama saja pusingnya. Antara perjaka dan duda, memiliki titik persoalan yang sama, yakni: sama-sama kedinginan di malam hari. Cuma kalau dihitung-hitung, kaum duda pastilah terasa lebih menderita dibanding sang perjaka. Masalahnya, soal kebiasaan saja. Ibarat rokok, seorang bujangan yang belum pernah merasakan lezatnya rokok, takkan pusing setahun tak ketemu tembako. Beda dengan seorang duda. Sudah biasa merokok, tiba-tiba tak ada lagi suplai tembakau, ya asemlah bibir ini. Mukadi seperti itulah kondisinya. Saat bujangan kalem dan alim, tapi dalam status duda sekarang, dia sungguh kemaruk dalam soal perempuan.Gasak sana, sikat sini. Ketika masih ada istri, satu wanita saja cukup. Tapi sekarang, cinta tukang ikan dari Tandjungpasir Kabupaten Tangerang ini bisa menclok sana menclok sini. Maklumlah, bau amis kan hanya ketika Mukadi menekuni pekerjaan. Di depan cewek, dia sungguh wangi, terbebas dari aroma ikan sotong dan cumi-cumi. Ada sedikitnya tiga cewek yang dijadikan arena sasaran “ngetap olie” ibaratnya Vespa. Asal ketemu, meski bukan suami istri Mukadi pun mengajaknya ngamar dengan segala aktivitasnya. Tetapi jika dihitung-hitung, pada si doi yang bernama Ranti, dia paling rutin melabuhkan cinta dan nafsunya. Masalahnya, di samping gadis itu nampak lebih mempur dan bikin syurrr, juga tidak mata duitan. Dikasih duit alhmadulillah, dikeloni doang ya….haram jadah! Cuma agak apes Mukadi. Sekian kali “nyetrom” di tempat dan obyek yang sama, tahu-tahu Ranti hamil. Awalnya, si gadis yang tak gadis lagi itu pun mencecar si doi begitu intens, untuk segera bertanggungjawab di KUA. Tapi ketika kemudian dia dapat “tokoh alternatip” yang bisa dikadalin, dia mengubah tuntutannya pada Mukadi. Nggak dinikahi juga ikhlas dunia akherat, yang penting diberikan kompensasi ganti rugi Rp 100 juta tunai. “Lumayan buat modal nikah dengan doi baru,” pikir Ranti. Untungnya, cowok kekasih baru Ranti juga tidak bodo-bodo amat. Begitu tahu dia hanya akan menjadi “generasi penerus”, artinya hanya meneruskan atau “nyepuh” janin yang ada di perut Ranti, dia buru-buru cabut. Bingunglah si gadis komersil. Buru-buru dia mendesak si tukang ikan untuk segera membayar ganti rugi yang Rp 100 juta itu. Bahkan ketika nampak keluarga Mukadi tak begitu serius menanggapi tuntutannya, Ranti mulai berani mengancam: pilih jalur kekeluargaan, ataukah jalur hukum? Enak bagi Ranti, sungguh nyesek di dada keluarga Mukadi. Memangnya duit Rp 100 juta itu sedikit, apa? Nunggu kucuran dana BLT dari pemerintah? Mau berapa kucuran untuk bisa mencapai jumlah itu. Karenanya Mukadi mampunya hanya minta tempo dan penjadwalan ulang. Lama-lama Ranti tidak sabar lagi. Kasus skandal asmaranya tersebut segera diusung ke Polres Tangerang. Cuma kata polisi kemudian, kasus ini tak ada unsur pidananya sama sekali. Bukankah persetubuhan itu dulu berlangung atas dasar suka sama suka? “Sudah, sudah, damai saja. Urusan polisi masih banyak yang lain,” kata petugas. Kasihan memang pak polisi, enaknya tak pernah diajak, giliran hamilnya disuruh ikut repot. Cerita diatas adalah "KISAH NYATA" Sumber : http://beritaseru.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar