Sabtu, 07 Juli 2012

Kisah Hawa Nafsu Yang Menyesatkan: “Membanjiri” Bini Tetangga Resiko dosa yang diambil Pablo, 35 tahun sangat berlipat-lipat. Bagaimana tidak? Memperkosa bini orang saja sudah dosa besar, kok ditambah lagi yang diperkosa Pablo wanita mau salat Isya. Meski usahanya tak berjalan mulus karena keburu “banjir” duluan, tak urung petani dari Godean Yogyakarta ini jadi urusan polisi dan pengadilan. Maklum, keluarga Ny. Anik, 33 tahun berikut jajarannya tak menerimakan perbuatan itu. Ini kisah lelaki yang menyimpan dendam asmara tanpa penyaluran. Hingga usia kepala tiga kini, Pablo memang belum pernah berkeluarga. Dengan demikian bagaimana rasanya “mbelah duren” jatohan, dia sangat awam sekali. Tapi sebagai lelaki normal, dorongan untuk itu selalu ada meski medan dan sasaran penyaluran tidak pernah jelas; kapan dan di mana, dengan siapa. Nasib jeblok Pablo memang sebuah keniscayaan. Soalnya dari sekujur tubuh lelaki desa Sidoarum Kecamatan Godean ini, nyaris tak punya nilai tambah sama sekali. Sudah tampangnya pas-pasan, pekerjaannya hanya buruh tani. Cewek masa kini yang mendambakan lelaki pegawai negeri, cowok model Pablo semakin terpinggirkan saja. Inilah ironi kehidupan. Beras hasil karya petani selalu dibutuhkan, tapi menjadi bini petani tanpa dasi jarang yang mau. Dengan demikian Pablo terpaksa mengikuti barisan Sarjakesumo dalam kisah wayang kulit. Artinya, hidup membujang karena kepepet, bukan niyatingsun sebagaimana Resi Bisma. Untungnya, dia sendiri juga menyadari akan kekurangannya. Meski butuh tapi Pablo tidak sampai nabrak-nabrak macam jago pengin kawin. “Jodho kuwi bakal teka dhewe (jodoh akan datang sendiri),” begitu Pablo menghibur diri. Umur Pablo terus berkejaran dengan waktu. Tahu-tahu kini sudah berusia hampir tujuh pelita. Lama-lama bosan juga dia hidup kedinginan setiap malam. Bila menerawang ke depan, dia semakin ngeri. Apa mungkin nanti sampai mati tak punya bini. Lalu siapa generasi penerusnya? Siapa yang bakal jadi pewarisnya? Lalu apa gunanya punya “cocakrawa” bila hanya untuk kencing doang? Andaikan boleh berterus terang, sebetulnya Pablo punya inceran sendiri. Tapi dia malu untuk mengatakan, soalnya wanita yang jadi dambaan hatinya tersebut sosok yang telah berkeluarga. Jadi kalau diam-diam dia naksir Ny. Anik tetangganya sendiri, jelas suatu hal yang memalukan. Untungnya Gus Dur ketika jadi pernah presiden pernah bilang: kalau sekadar wacana, takkan ditangkap. “Jadi saya sekadar naksir bini tetangga nggak apa-apa,” batin Pablo menghibur diri. Tampilan Ny. Anik di mata Pablo memang luar biasa, cantik dan seksi menggiurkan. Tapi dia ya hanya bisa menelan ludah saja, sebab memang sangat bukan levelnya. Boro-boro mendeklarasikan cintanya, mau mendekati saja dia sudah minder duluan. Akhirnya Pablo pun hanya bisa tersiksa manakala melihat Ny. Anik saat belanja ke warung, atau main ke rumah urusan dengan orangtua Pablo. Ingin rasanya dia kembali ke dunia perwayangan. Misalkan dirinya seorang raja Rahwana, Ny. Anik yang merupakan penjelmaan Dewi Sinta tersebut akan dicolong dan dibawa terbang ke Alengkadiraja. Tak peduli Prabu Rama atau suaminya Anik kalang kabut, istrinya disekap dalam kamar dan digauli. “Rakyan Sinta siang ratri sinanggaman (Dewi Sinta disetubuhi siang malam),” begitu kalau boleh mengutip Serat Rama Yosodipuran. Ketika khayalan itu tak pernah terwujud, mendadak Pablo melihat peluang emas. Pas Ny. Anik habis mandi dan ambil air wudlu untuk salat Isya, diam-diam dia membuntutinya. Tanpa ba bi bu lagi istri tetanga itu lalu diseret ke sebuah gubuk di kebon singkong. Ny. Anik yang hanya mengenakan handuk dengan mudah dilucuti dan maunya langsung dikerjai. Tapi celaka tiga belas, karena Pablo keburu nafsu, belum apa-apa sudah banjir duluan. Akan halnya Ny. Anik, dia terus meronta dan mencoba membebaskan diri dari sergapan tetangga biadab. Keluarga dan tetangga memberikan pertolongan. Meski perkosaan itu gagal karena “kesalahan teknis”, tak urung Pablo diperkarakan. Beberapa hari lalu di sidang PN Sleman dia divonis hukuman 4 tahun penjara. “Barang bukti berupa celana dalam dan tikar dimusnahkan,” kata hakim dalam vonisnya. Hanya dimusnahkan? Bukan disita untuk negara, Pak? Cerita diatas adalah : "KISAH NYATA" Sumber : http://beritaseru.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar