Jumat, 06 Juli 2012

Kisah - Kisah Inspiratif: Bangunlah.....!!! Pada misa 2 minggu lalu aku sempat tertegur saat homili berlangsung, dimana romo tersebut mengatakan suatu pernyataan, “mengapa kamu masih duduk disitu, bangunlah”, aku tertegur karena kata-kata itu memang seakan tertuju kepadaku yang memang terlalu sibuk akan pekerjaanku dan seakan aku tertidur akan kegiatanku lainnya, serta juga memang aku lagi sibuk akan kesibukanku sendiri. Homili romo tersebut menyentuh hatiku, sehingga dalam hati aku ucapkan kalau boleh aku ingin pada saat komuni nanti, romo tersebut yang memberikannya, karena romo tersebut bukan romo parokiku dan cara dia membawakan homili itu memang menarik dan juga perkataannya itu membuatku terkesan. Aku berkata demikian karena pikirku tidak mungkin romo tersebut memberikan komuni pada deretan tempat aku duduk, karena aku duduk dibelakang, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, saat komuni tiba romo itu tidak seperti misa biasanya, dia bukannya berdiri di deretan depan, tapi dia menuju ke deretan belakang, dan benar dia berada di tepat deretanku, disisi kiri gereja, aku tertegun dan kaget, karena apa yang baru aku ucapkan didengarNya… Aku menyusun jadwal untuk kegiatan pertemuan dengan teman-temanku pada hari Sabtu depannya, segala sesuatu memang sudah kita siapkan, tapi pada hari Jumat, aku jatuh sakit dan karena kawatir akan kondisi tubuhku dimana aku nanti harus menyetir untuk pulang, maka aku minta ijin dari kantor setengah hari. Setiba di rumah aku beristirahat, minum obat dan berusaha untuk sembuh dan juga aku berdoa kepada Tuhan, aku mohon agar aku sembuh, sehingga kegiatan besok itu bisa terlaksana, karena memang aku yang akan menyetir untuk ke tempat Bu Lili. Sabtu paginya saat aku bangun memang aku masih merasakan kurang enak badan, tapi sudah baikkan dari kemarin, dan aku sendiri ragu akan berangkat atau tidak, tapi aku kembali teringat “Bangunlah….“, dan memang akhirnya aku berangkat pagi itu dengan keyakinan itu. Aku menjemput teman-temanku kemudian menuju ke rumah Bu Lili, selama perjalanan memang aku tidak merasakan sakit kepala dan pilek itu pun sudah terasa hilang, tetapi memang cuaca beberapa hari ini di Jakarta sedang panas sekali, mungkin inilah yang membuat badanku lemas lagi. Sampai di rumah Bu Lili, aku masih bisa mengontrol diriku, kemudian kita membahas beberapa tulisan, kemudian aku merasa berat sekali, mataku berair, hidungku terus menerus bersin dan akhirnya bilang kepada Bu Lili, aku tiduran saja deh, karena aku merasa tidak kuat, mungkin pengaruh obat Flu yang kuminum juga, tapi ternyata kali ini badanku pun terasa hangat, disitu aku mulai kawatir lagi, wah gimana nanti pulang kalau aku menyetir ? Bu Lili memberikanku bantal untuk sandaran kepala, dan aku tidru di sofa ruang tamu, aku memang ditawarkan tidur didalam kamar tapi aku cuma butuh sandaran aja pikirku, dan sofa itu pun sudah cukup untuk aku tidur, dan memang aku tertidur sementara yang lainnya terus melanjutkan pembahasan itu. Ini memang kunjungan pertama kali aku ke rumah Bu Lili, sejak berkenalan kurang lebih sebulan lalu, saat bertemu di priok bersama dengan Romo Gani, dan memang aku mengenal Bu Lili sebelumnya lewat tulisan-tulisannya yang aku baca. Saat istirahat itu ada seorang tamu datang, dia menanyakan apakah Pak Hendri ada ? Bapak itu mencarinya karena anaknya terluka kakinya. Saat itu Pak Hendri sedang bermain tennis, dan Bu Lili langsung saja memberitahukan hal ini kepada bapak tersebut, aku memang melihat papan ‘Dokter’ di depan rumah Bu Lili, dan aku baru tahu kalau suami Bu Lili adalah juga seorang dokter. Bapak yang datang tadi kembali bersama anaknya dan juga Pak Hendri, kemudian anak tersebut dibersihkan lukanya dan dibalut kembali, aku hanya mendengar teriakan anak kecil tersebut sembari aku tiduran, dan aku terkesan karena Pak Hendri langsung meninggalkan permainannya dan mengobati anak tersebut, teringat aku akan peristiwa bebrapa tahun lalu, saat temanku matanya terkena pecahan kaca matanya, saat mau masuk unit gawat darurat, pihak rumah sakit tidak langsung bertindak sampai aku menyatakan telah menjamin pembayarannya, aku sungguh kawatir saat itu karena jika temanku menutup matanya saja pecahan kaca itu akan semakin dalam menusuk matanya, sampai mau dioperasi pun, kembali ditanyakan kembali apakah aku sudah mengurus masalah pembayarannya. Sudah hilangkah rasa kemanusiaan ? Aku tersadar ketika Bu Lili memanggil dan mengenalkanku dengan suaminya, dan langsung mengatakan, sekalian saja kamu berobat, gratis loh, aku tersenyum dan memang aku membutuhkan pertolongan saat itu, kepalaku terasa berat dan badanku pun panas, dan aku diperiksanya dan diberikan obat, terus aku kembali istirahat ditempat itu sampai rada baikkan sementara temanku masih terus bekerja. Obat yang diberikan itu membuat rasa pening di kepalaku hilang dan panas badanku pun hilang, aku merasa sudah enakkan dan aku yakin bisa menyetir pulang, aku kembali teringat akan perkataanku kepadaNya, ternyata Dia telah mengaturnya, kalau saja pertemuan bukan di tempat Bu Lili mungkin keadaan akan jadi lain, tapi semua ini seakan sudah diaturNya sehingga aku pun bisa kembali sehat berkat pertolongan Pak Hendri dan kegiatan kami ini pun bisa terselesaikan. Ternyata, memang aku terlalu lama duduk dan juga aku terlalu kawatir, padahal Tuhan telah merencanakannya, kalau aku mau bangkit dan berbuat sesuatu untuk Dia dan sesama, Dia pun akan menuntunNya dan membimbing lewat sapaanNya yang khas, seperti peristiwa misa diatas, yang membuat kita semakin yakin Tuhan selalu beserta kita…. Walau kita masih kadang kala tidak menyertakan Dia dalam kehidupan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar