Senin, 09 Juli 2012

Kisah Inspirtif: " Baju Compang-camping Sang Pengemis " Seorang pengemis tinggal dekat istana raja. Suatu hari, ia melihat pengumuman dipasang di luar gerbang istana. Raja mengadakan suatu perjamuan besar. Siapa saja yang berpakaian kerajaan diundang ikut serta dalam perjamuan. Si pengemis pergi dengan sedih. Ia memandang baju compang-camping yang dikenakannya dan mendesah. Tentu saja hanya para raja dan keluarga kerajaan yang mengenakan jubah kerajaan, begitu pikirnya. Sekonyong-konyong suatu ide muncul di benaknya. Memikirkannya saja telah membuat tubuhnya gemetar. Beranikah ia? Si pengemis kembali ke istana. Ia menghampiri penjaga gerbang istana. “Tolong saya, pak, saya mohon bicara dengan Sri Baginda.” “Tunggulah di sini,” jawab penjaga. Beberapa menit kemudian ia telah kembali. “Sri Baginda berkenan menemuimu,” demikian katanya, lalu menghantar si pengemis masuk. “Kamu ingin menemuiku?” tanya raja. “Ya, Tuanku raja. Hamba begitu ingin ikut serta dalam perjamuan yang Tuanku selenggarakan, tetapi hamba tidak memiliki jubah kerajaan untuk dikenakan pada perjamuan tersebut. Sudilah Tuanku, maafkan kelancangan hamba, sudilah Tuanku memberikan kepada hamba salah satu jubah usang Tuanku, sehingga hamba dapat datang ke perjamuan.” Tubuh sang pengemis bergetar begitu hebat hingga ia tak sempat melihat sekilas senyum di wajah sang raja. “Engkau sungguh bijaksana datang kepadaku,” kata raja. Raja memanggil putranya, sang pangeran. “Ajaklah ia ke kamarmu dan berilah ia pakaian dari pakaianmu.” Pangeran melakukan apa yang diperintahkan ayahnya dan segera saja sang pengemis telah berdiri di depan sebuah cermin, mengenakan jubah yang tak berani ia berharap untuk memilikinya. “Sekarang engkau layak ikut ambil bagian dalam perjamuan raja esok malam,” kata pangeran. “Tetapi, yang lebih penting dari itu, engkau tidak akan pernah memerlukan baju lagi. Jubah yang engkau kenakan itu akan tahan untuk selamanya. Sang pengemis jatuh tersungkur, “Oh, terima kasih,” serunya. Tetapi, sementara ia pergi meninggalkan kamar, terlihat olehnya tumpukan baju dekilnya di atas lantai. Ia ragu-ragu. Bagaimana jika yang dikatakan pangeran itu tidak benar? Bagaimana jika ia membutuhkan baju lamanya lagi? Segera dipungutnya baju compang-campingnya. Perjamuan itu jauh lebih mengagumkan daripada yang dapat dibayangkannya. Namun demikian, ia tak dapat menikmati perjamuan seperti seharusnya. Ia telah menggulung baju compang-campingnya menjadi suatu buntalan, dan buntalan itu berkali-kali jatuh dari pangkuannya. Hidangan berlalu cepat dan sebagian hidangan paling lezat itu terlewatkan olehnya. Waktu membuktikan bahwa pangeran benar. Jubah pemberian pangeran tahan untuk selamanya. Tetapi, tetap saja pengemis yang malang itu merasa sayang untuk membuang baju compang-campingnya. Dengan berlalunya waktu, orang mulai lupa akan jubah kerajaan yang dikenakannya. Mereka hanya melihat buntalan baju compang-camping yang ia bawa kemanapun ia pergi. Mereka bahkan menyebutnya sebagai pak tua dengan baju compang-camping. Suatu hari, sementara ia terbaring mendekati ajalnya, raja mengunjunginya. Si pengemis melihat wajah sedih raja ketika raja melihat buntalan dekil baju compang-camping di sisi pembaringannya. Tiba-tiba teringatlah sang pengemis akan ucapan pangeran dan ia menjadi sadar bahwa buntalan dekil itu telah membuatnya kehilangan kesempatan menikmati kerajaannya yang sebenarnya sepanjang hidupnya. Ia pun menangis pilu mengingat kebodohannya. Dan raja ikut menangis bersama dia. Pengemis Kita telah diundang masuk ke dalam keluarga kerajaan - yaitu kerajaan Allah. Agar dapat ikut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan, yang perlu kita lakukan hanyalah menanggalkan baju lama kita dan mengenakan “baju baru” iman yang telah disediakan oleh Putra Allah, Yesus Kristus. Namun demikian, kita tidak dapat menahan terus baju lama kita. Ketika kita mengenakan iman akan Kristus, kita harus melepaskan dosa-dosa dalam hidup kita dan cara hidup kita yang lama. Yang lama harus ditinggalkan, jika kita rindu men

1 komentar: